SGB LAMPUNG - Nilai tukar rupiah diperkirakan akan melanjutkan pelemahannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir pekan, Jumat 6 Maret 2015.
Sebelumnya, rupiah mencatat salah satu rekor terburuknya di level 13.022 (kurs tengah BI) sejak 1998 yang mencapai 17.000 per dolar AS.
Menurut Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, sikap dari pemerintah yang terlihat 'tenang' seakan tak ada langkah apapun untuk mengintervensi turut mendorong pelemahan rupiah.
"Pemerintah dan BI sepertinya tidak terlalu khawatir dengan melemah rupiah. Tapi, justru itu menjadi kabar kurang mengenakkan dan mendapat respons negatif dari para pelaku pasar," ujarnya.
Di sisi lain, katanya, masih minimnya sentimen positif dari dalam negeri semakin menegaskan bahwa mata uang garuda ini sulit untuk bangkit dari kemerosotan. Kemudian, adanya ekspektasi penurunan suku bunga acuan juga menjadi penyebab lain tertekannya rupiah seiring dengan kembali perkasanya dolar.
Dengan demikian, dia pun memperkirakan, rupiah masih belum jauh dari kisaran 13.000-13.075 per dolar AS.
Menurut Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, sikap dari pemerintah yang terlihat 'tenang' seakan tak ada langkah apapun untuk mengintervensi turut mendorong pelemahan rupiah.
"Pemerintah dan BI sepertinya tidak terlalu khawatir dengan melemah rupiah. Tapi, justru itu menjadi kabar kurang mengenakkan dan mendapat respons negatif dari para pelaku pasar," ujarnya.
Di sisi lain, katanya, masih minimnya sentimen positif dari dalam negeri semakin menegaskan bahwa mata uang garuda ini sulit untuk bangkit dari kemerosotan. Kemudian, adanya ekspektasi penurunan suku bunga acuan juga menjadi penyebab lain tertekannya rupiah seiring dengan kembali perkasanya dolar.
Dengan demikian, dia pun memperkirakan, rupiah masih belum jauh dari kisaran 13.000-13.075 per dolar AS.
Menanggapi pelemahan yang terjadi, Bank Indonesia tetap berkeyakinan bahwa gejolak yang terjadi pada rupiah untuk tahun ini ada di kisaran 3-5 persen. Itu, dari asumsi yang ditetapkan pemerintah sebesar sebesar 12.500 per dolar AS.
Senada dengan BI, Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro dengan tegas menyatakan, enggan mengomentari tentang pelemahan rupiah. Dia hanya meminta, semua pihak tetap tenang dan jangan memberikan komentar yang membuat pasar menjadi panik hingga akhirnya mengganggu stabilitas ekonomi Indonesia.
"Jangan bikin panik masyarakat. Nanya hal yang sama dari kemarin. Pertanyaan berulang tidak berlaku buat saya," ujar Bambang di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 5 Maret 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar