SGB LAMPUNG - Harga minyak mentah di akhir perdagangan Selasa dini hari tadi mengalami peningkatan lumayan di bursa komoditas Amerika Serikat (10/3). Harga minyak mentah berusaha rebound di tengah kekhawatiran gangguan pasokan dari Timur Tengah. Akan tetapi sentimen negatif di pasar minyak mentah tampak masih cukup kuat karena saat ini dollar AS sedang mengalami kenaikan terhadap rival-rivalnya.
Pada perdagangan Senin kemarin dollar menguat ke posisi paling tinggi dalam 11,5 tahun terhadap rival-rivalnya. Kuatnya data dari sektor tenaga kerja Amerika Serikat menaikkan ekspektasi bahwa Fed akan menaikkan suku bunga acuannya lebih cepat dari perkiraan. Kenaikan nilai tukar dollar AS membuat harga minyak mentah yang diperdagangkan dalam dollar menjadi lebih mahal sehingga permintaannya turun.
Goldman Sachs sendiri memberikan proyeksi yang negative terhadap perkembangan harga minyak mentah. Menurut perusahaan keuangan raksasa tersebut harga minyak akan mengalami penurunan ke level 40 dollar per barel.
Harga minyak mentah berjangka jenis WTI untuk kontrak April yang merupakan kontrak paling aktif saat ini ditutup dengan peningkatan sebesar 39 sen atau 0,8 persen di level 50,00 dollar per barel. Harga minyak WTI pekan lalu mengalami penurunan mingguan untuk tiga minggu berturut-turut.
Sementara itu harga minyak mentah Brent untuk kontrak bulan April terpantau masih melanjutkan pelemahan. Harga minyak mentah Brent ditutup turun sebesar 1,10 dollar ke posisi 58,60 dolar per barel.
Harga minyak mentah jenis WTI kontrak paling aktif pada perdagangan hari ini berpotensi untuk melanjutkan pelemahannya. Dominannya sentiment negatif penguatan dollar AS menjadi faktor utama yang menekan harga komoditas tersebut.
Untuk perdagangan hari ini harga minyak mentah WTI kontrak April diperkirakan akan mengalami level resistance di 51,00 dollar. Resistance selanjutnya ada di 53,00 dollar. Jika terjadi pelemahan harga akan menemui support pada posisi 48,00 dollar dan 46,00 dollar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar