SGB LAMPUNG - Bursa
AS ditutup anjlok lagi di akhir pekan ini, indeks Dow Jones Industrial
Average (Indu) menghapus keuntungan selama tahun ini. Intel Corp,
Microsoft Corp dan Cisco Systems Inc turun lebih dari 3,5 persen
demikian juga Microchip Technology Inc anjlok 12 persen dan Networks Inc
tenggelam 9,1 persen.
Indeks S & P 500 turun 1,15 persen
atau sebesar 22,08 poin menjadi 1,906.13 pada 04:00 di New York. Indeks
ini telah 3,1 persen untuk minggu ini, penurunan terbesar sejak Mei
2012. Nasdaq Composite Index merosot 2,33 persen atau 102,10 poin ke
level 4,276.24 dan Dow rata kehilangan 115,15 poin, atau 0,7 persen, ke
16,544.10.
Indeks Volatilitas Chicago Board Options
Exchange (VIX) melonjak di atas 20 untuk pertama kalinya sejak Februari,
melonjak 46 persen selama seminggu.
Sekitar 9,2 miliar saham berpindah tangan
di bursa AS, tertinggi dalam tiga minggu, menurut data yang dikumpulkan
oleh Bloomberg. Untuk minggu ini, rata-rata adalah 7,9 miliar, terbesar
sejak 2011.
Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi
bentrok dengan menteri keuangan Jerman kemarin atas pernyataannya
mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk menghidupkan kembali
pertumbuhan di kawasan euro, sementara para pejabat Federal Reserve
mengatakan ekonomi AS mungkin menghadapi risiko dari perlambatan global.
Produsen chip memiliki kerugian terburuk
hari ini, dengan Indeks Philadelphia Semiconductor jatuh hampir 7
persen. Microchip Technology tenggelam 12 persen menjadi $ 39,96.
Perusahaan ini membuat semikonduktor yang digunakan dalam produk mulai
dari peralatan rumah ke komputer hardware jaringan untuk mobil, membuat
pendapatannya menjadi indikator utama di seluruh industri.
Dana Moneter Internasional memangkas
proyeksi pertumbuhan global pekan ini dan mengatakan kawasan euro
menghadapi risiko resesi. Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi
berjanji pada pertemuan tahunan IMF untuk melonggarkan kebijakan moneter
jika diperlukan. Itu kontras dengan pendapat Menteri Keuangan Jerman
Wolfgang Schaeuble, yang memperingatkan resiko dari gaya pelonggaran
kuantitatif yang diambil AS dan mendesak disiplin anggaran supaya
dilanjutkan.
Pembuat kebijakan Federal Reserve
mengatakan dalam risalah pertemuan terakhir mereka bahwa perlambatan
pertumbuhan global dan penguatan greenback berpotensi risiko terhadap
prospek AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar