Pekan
lalu para investor cukup sibuk mencerna berbagai rilis data dan even
penting yang mempengaruhi pergerakan instrument-instrumen investasi
terutama pasar saham (22/9). Untuk pekan ini para investor Asia
tampaknya tidak akan terlalu banyak menemui arahan setelah ketahuan
hasil referendum Skotlandia, suksesnya IPO Alibaba dan sinyal bahwa Fed
akan menaikkan suku bunga acuan di tahun 2015.
Pekan ini data ekonomi yang akan
dinantikan dan diperkirakan akan cukup “mengguncang” Asia adalah data
HSBC Flash Manufacturing PMI Tiongkok yang akan rilis hari Selasa besok.
Setelah PMI Final HSBC untuk bulan Agustus jatuh ke level paling rendah
dalam tiga bulan di 50.2 poin, diperkirakan PMI Flash untuk bulan
September kembali menunjukkan kondisi yang kurang mengesankan di level
50.0.
Laporan HSBC ini akan muncul di tengah
kekhawatiran bahwa koreksi di sektor property Tiongkok akan mengarah
kepada kondisi pecahnya gelembung property dan mengakibatkan Beijing
harus melakukan langkah-langkah yang lebih bersemangat untuk menggenjot
ekonomi.
Pekan lalu bank sentral Tiongkok atau
PBOC telah memberlakukan pemotongan suku bunga REPO 14 hari sebesar 20
bps untuk menurunkan biaya pinjaman jangka pendek perbankan. PBOC juga
menyuntikkan 81 miliar dollar untuk mendukung permodalan 5 bank terbesar
di negara tersebut.
Pada hari Jumat mendatang para investor
akan menantikan rilis data inflasi konsumen Jepang untuk bulan Juli
lalu. Diperkirakan inflasi di negara tersebut akan berada di level 3.3
persen (y/y) pada bulan Juli lalu.
Sementara itu dari Asia Tenggara,
Thailand akan merilis data neraca perdagangan Agustus pada hari Kamis
mendatang. Neraca perdagangan diperkirakan akan kembali menunjukkan
defisit seperti yang terjadi pada bulan Juli sebelumnya di mana ekspor
mengalami penurunan sebesar 0.5 persen (y/y).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar