Penjualan
ritel di Jepang mengalami kontraksi 4,4 persen pada setahun di bulan
April, demikian Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri
mengatakan pada hari Kamis (29/5). Penurunan ini merupakan penurunan
tercepat yang pernah terjadi setelah peristiwa gempa bumi dna tsunami
pada Maret 2011.
Hal ini sebenarnya jauh dari perkiraan
yaitu 3,3 persen setelah lonjakan 11,0 persen pada bulan sebelumnya yang
terjadi sebagai response para konsumen atas diberlakukannya kenaikan
pajak penjualan pada awal April. Setelah kenaikan pajak penjualan maka
penjualan ritel pun turun dengan tajam.
Penjualan dari pengecer besar turun 6,8
persen pada setahun ke ¥ 1,467 triliun – melampaui ekspektasi sebelumnya
di 7,1 persen menyusul lonjakan 16,1 persen bulan sebelumnya.
Penjualan komersial turun 3,9 persen pada setahun ke ¥ 36,821 triliun, setelah melompat 8,5 persen pada bulan sebelumnya.
Grosir penjualan merosot 3,7 persen
setahun menjadi 25,810 triliun yen – turun tajam dari lompatan 7,5
persen pada bulan sebelumnya.
Pada basis bulanan, penjualan ritel
anjlok 13,7 persen – sedangkan perkiraan sebelumnya adalah 11,7 persen
setelah sebelumnya terjadi kenaikan 6,4 persen pada bulan Maret
(prediksi awal 6,3 persen).
Namun demikian, pejabat bank sentral
mengatakan bahwa dampak negatif dari kenaikan pajak akan bersifat
sementara dan bahwa perekonomian akan terus berkembang. Ada beberapa
tanda-tanda positif bulan ini yang menunjukkan bahwa ekonomi terbesar
ketiga di dunia ini akan dapat mengatasi dampak kenaikan pajak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar