Selasa, 08 Oktober 2013

Harga Emas Naik, Bercokol di 1.325 per Ounce

Chicago, GATRAnews - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih tinggi pada Senin (Selasa pagi WIB) untuk pertama kalinya dalam tiga sesi perdagangan.

Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember naik 15,2 dolar AS, atau 1,16 persen, menjadi menetap di 1.325,1 dolar AS per ounce. 

Para analis pasar memperkirakan para anggota parlemen AS masih menemui jalan buntu atas perpanjangan (kenaikan) batas utang negara untuk menghindari gagal bayar (default) di tengah penutupan kegiatan (shutdown) pemerintah, sehingga memicu permintaan pasar terhadap emas sebagai penyimpan nilai.

Emas mendapatkan beberapa dukungan karena ketidakpastian dan itu akan menjadi sebuah transaksi yang sangat besar jika AS mengalami gagal bayar, ujar beberapa analis seperti dikutip Antara .

John Boehner, Ketua DPR AS pada Minggu mengatakan bahwa ia tidak harus memiliki suara yang dibutuhkan untuk memastikan sebuah RUU "bersih" untuk mendanai pemerintah, atau RUU yang tidak berhubungan dengan batas utang karena komitmen yang lebih luas tentang pemangkasan defisit, menurut laporan.

Boehner juga mengatakan gagal bayar adalah mungkin kecuali Gedung Putih memenuhi tuntutan Republik. Penutupan sebagian kegiatan pemerintah federal AS kini telah memasuki hari ketujuh sejak 1 Oktober, ketika tahun fiskal baru dimulai.

Jika AS mengalami gagal bayar pada utangnya, tidak hanya akan merugikan dolar AS, tetapi juga prospek ekonomi AS dan masa depan ekonomi terbesar dunia itu. 

Perak untuk pengiriman Desember naik 63,4 sen, atau 2,91 persen, menjadi ditutup pada 22,386 dolar per ounce, demikian Xinhua. (Dh)

Pasar Emas Lebih Takut Utang AS Ketimbang `Shutdown`

Liputan6.com, Jakarta : Analis Barclays menilai, penghentian sementara sebagian operasional pemerintah (shutdown) Amerika Serikat memiliki dampak terbatas pada emas. Akan tetapi perdebatan mengenai pagu utang (debt ceiling) menjadi cerita lain yang lebih menakutkan.

Pemerintah dan kongres AS harus sudah menyepakati batas utang baru pada 17 Oktober 2013 ini, jika tidak pemerintah AS tidak bisa membayar utang-utangnya. Rasio utang AS saat ini mencapai 73% dari PDB, dan pemerintah harus menaikkan batas utang baru jika tidak mau mengalami gagal bayar.

"Ekonom kami mempertahankan pandangan plafon utang akan dinaikkan pada 17 Oktober 2013. Mereka mencatat risiko lebih besar, jika plafon utang tidak dinaikkan," tulis Barclays dalam ulasannya, pada akhir pekan ini.

Perdebatan plafon utang itu menimbulkan risiko terbalik untuk emas. Perdebatan plafon utang pada 2011 lalu mendorong aksi beli. Demikian mengutip Kitco.com, Minggu (6/10/2013).

Harga emas tidak menarik untuk investasi safe heaven (aman), meski sebagian operasional pemerintah Amerika Serikat telah ditutup sejak Selasa. Hal itu karena kebuntuan antara partai Republik dan Demokrat atas pembicaraan mengenai anggaran. "Secara keseluruhan, reaksi emas terhadap shutdown telah sejalan dengan reaksi pada masa lalu," tulis riset Barclays.

Barclays mencatat, respons pasar terhadap harga emas sejak shutdown pada 1976, rata-rata harga emas telah meningkat moderat 0,3% pada hari pertama (1/10/2013). Selasa, harga emas turun 3,1%. Sebelum shutdown, rata-rata harga emas telah turun 0,4%. Saat ini, harga emas turun 1,4%.
"Durasi lamanya shutdown pemerintah telah bervariasi dari satu hari sampai 21 hari, dengan kenaikan harga emas rata-rata naik 0,1%. Pergerakan harga emas bervariasi dari turun 3,1% hingga naik 0,9%," tulis riset Barclays.

Sebaliknya, sebelum perdebatan utang pada 2011 lalu, harga emas mengalami reli dari di bawah US$ 1.500 per ounce pada awal Juli 2011 hingga hampir US$ 1.800 pada Agustus sebagai daya tarik safe heaven.

"Jadi, sementara isu shutdown Amerika Serikat belum positif untuk mendorong harga. Akan tetapi risiko plafon utang kembali mendorong minat orang untuk beli emas. Para ekonom percaya krisis saat ini melanjutkan resolusi untuk mengurangi kemungkinan krisis politik baru atas plafon utang," tulis riset Barclays. (Amh/Igw)

Emas Jadi Penghambat Laju Deflasi September

Emas Jadi Penghambat Laju Deflasi September 

Liputan6.com, Jakarta : Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan laju Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan September terjadi deflasi sebesar 0,35%. Hal itu dipicu oleh turunnya beberapa harga komoditi pangan diantaranya bawang merah dan cabai merah.

Kepala BPS Suryamin mengungkapkan, laju deflasi itu sebenarnya bisa melaju lebih tinggi apabila harga emas dan perhiasan tidak mengalami peningkatan.

"Harga emas dan perhiasan itu paling besar andilnya dalam menghambat deflasi. Dengan harga emas perhiasan yang dipicu oleh harga emas internasional,"ungkapnya, Selasa (1/10/2013).

Emas dan perhiasan memiliki andil sebesar 0,21% terhadap pemicu inflasi, kemudian perubahan harganya sebesar 10%. Kenaikan harga terjadi di 66 kota IHK, dengan kenaikan tertinggi di Jakarta sebesar 17%.

Sementara yang menjadi penghambat selain emas yaitu melonjaknya harga Tempe yang terjadi akibat kenaikan harga bahan pokok kedelai yang terjadi beberap waktu lalu.

"Tempe itu memiliki andil 0,05% lalu kenaikan harga tempe nya itu sekitar 9,06%. Kenaikan terjadi di 60 kota IHK dengan kenaikan tertinggi di kota Cilegon 52%,"jelas Suryamin.

Seakan tak mau kalah dengan tempe, rekan sejawadnya, Tahu, juga menjadi komoditas pangan terbesar ketiga yang menghambat laju deflasi IHK bulan September.

Suryamin menambahkan Tahu memiliki penyerapan 0,04% dengan kenaikan harga mencapai 7,65%. Kenaikan harga tahu ini terjadi di 55 kota IHK dengan kenaikan tertinggi di Kabupaten Palopo sebesar 47 %.

"Karena ini bahan bakunya sama dengan tempe, ya itu menjadi pemicu karena kedelai saat itu sulit didapatkan,"tegasnya. (Yas/Ndw)

Tren Harga Emas Masih Belum Jelas

INILAH.COM, Jakarta – Hingga siang ini, harga emas masih belum memberikan tren harga yang jelas. Harga logam mulia ini masih berkutat pada kisaran US$1.313 per troy ounce.

Berdasarkan data yang dilansir cnbc.com, pada perdagangan Senin (7/10/2013) hingga pukul 14.02 WIB, harga emas internasional ditransaksikan menguat sebesar US$3,4 (0,26%) ke posisi US$1.313,3 per dolar AS.

Ariston Tjendra, kepala riset Monex Investindo Futures mengatakan, harga emas hingga siang ini masih berkutat di kisaran US$1.313 per troy ounce. “Emas masih bergerak di kisaran sempit US$1.311-1.316 per troy ounce,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (7/10/2013).

Secara umum, kata dia, pergerakan masih terlihat sideways dan belum menunjukkan pergerakan trending.

Dia menjelaskan, level US$1.327 per troy ounce merupakan level resistance yang penting. “Selama di bawah level ini, harga masih berpotensi bergerak kembali ke arah US$1.300 per troy ounce,” papar dia. Sementara itu, pergerakan di atas level resistance ini baru akan membuka penguatan ke level US$1.345 (dekat area garis downtrend). “Isu debt ceiling AS masih akan mewarnai pergerakan harga emas hari ini,” imbuh Ariston. [jin]