Jumat, 08 Januari 2016

Kekuatiran Tiongkok dan Pelemahan Minyak Menenggelamkan Akhir Bursa Wall Street

 
SGB LAMPUNG - Bursa Wall Street merosot pada penutupan perdagangan Jumat dinihari tadi (08/01), tertekan kekuatiran pertumbuhan ekonomi global dengan devaluasi Yuan yang semakin meningkatkan kekuatiran perlambatan ekonomi Tiongkok dan merosotnya harga minyak mentah.
Bursa Saham tertekan setelah Reuters melaporkan, bahwa bank sentral Tiongkok berada di bawah tekanan yang meningkat dari penasihat kebijakan untuk membiarkan mata uang yuan jatuh cepat dan tajam, sebanyak 10-15 persen.
Membebani pasar saham juga berita Bank Rakyat China menetapkan tingkat referensi yuan di 6,564, terendah sejak 2011 dan perubahan harian terbesar sejak 13 Agustus, menurut Reuters. Penghentian perdagangan di Tiongkok karena pemutus sirkuit juga mengguncang pasar global.
Bank Dunia pada Rabu memangkas proyeksi pertumbuhan global 2016 menjadi 2,9 persen, mengutip tekanan dari “pertumbuhan yang lemah di antara pasar utama negara berkembang.” Perkiraan yang naik sedikit dari tingkat pertumbuhan 2,4 persen tahun lalu, namun turun dari perkiraan Juni untuk pertumbuhan 3,3 persen, kata Reuters.
Pada posisi terendah minyak, harga minyak mentah AS turun lebih dari 3 persen menjadi di bawah $ 33 per barel, terendah 12-tahun. Brent juga turun di bawah $ 33 per barel, terendah di dekat-12-tahun.
Dalam berita ekonomi, klaim pengangguran mingguan datang di 277.000. Laporan kerja Desember sangat diantisipasi pada Jumat malam nanti.
Presiden Fed Chicago Federal Reserve, Charles Evans mengatakan dalam sebuah laporan Reuters Kamis bahwa tingkat suku bunga AS pada 2016 adalah konsisten dengan dua kenaikan, dan memperingatkan bahwa kebijakan moneter harus memperhitungkan potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dalam jangka panjang.
Hasil Treasury menurun, dengan yield 2 tahun di dekat 0,93 persen dan yield 10 tahun di 2.15 persen pada penutupan.
Dolar AS bertahan hampir 1 persen lebih rendah terhadap mata uang utama dunia, dengan euro di atas $ 1,09 dan yen di ¥ 117,59 terhadap dollar.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 392,41 poin, atau 2,32 persen, di 16,514.10, dengan penurunan tertinggi saham General Electric dan saham Wal-Mart yang naik tertinggi.
Indeks Dow Transport ditutup turun lebih dari 3 persen, di bawah 7.000 untuk pertama kalinya sejak November 2013. Indeks ini dari naik lebih dari 20 persen dari 52 minggu yang tinggi.
Indeks S & P 500 ditutup turun 47,17 poin, atau 2,37 persen, pada 1,943.09, dengan sektor teknologi memimpin 10 sektor yang lebih rendah.
Indeks komposit Nasdaq ditutup turun 146,34, atau 3,03 persen, pada 4,689.43.
Malam nanti akan dirilis data indikator ekonomi AS terkait tenaga kerja yang penting untuk diperhatikan.
Non Farm Payrolls Desember, diindikasikan berada pada posisi 200K, turun dari hasil sebelumnya pada posisi 211K.
Unemployment Rate Desember, diindikasikan berada pada posisi 5%, sama dengan hasil sebelumnya pada posisi 5%.
Bursa Wall Street akan melemah jika hasil Non Farm Payroll menurun, ditambah  kekuatiran ekonomi Tiongkok dan pelemahan minyak mentah.
http://vibiznews.com/2016/01/08/kekuatiran-tiongkok-dan-pelemahan-minyak-menenggelamkan-akhir-bursa-wall-street/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar