Senin, 03 November 2014

Harga CPO Turun, Pendapatan Bakrie Sumatera Naik Jadi Rp2 Triliun

 Pekerja memeriksa mesin pengolah minyak kelapa sawit  
SGB LAMPUNG - Kinerja PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) semakin membaik. Di tengah harga jual minyak sawit mentah, atau crude palm oil (CPO) dan karet yang terus melorot tajam sepanjang tahun ini, perseroan tetap mampu menikmati hasil penjualan yang tinggi.
Bahkan, meningkat 41 persen dibanding perolehan nilai penjualan pada periode waktu yang sama pada 2013 lalu, di saat harga CPO di pasaran lebih tinggi dibanding tahun ini.

"Nilai penjualan UNSP sembilan bulan pertama tahun ini mencapai Rp2,03 triliun, naik jika dibanding Rp1,44 triliun pada sembilan bulan pertama tahun lalu. Ini membuktikan bahwa fundamental bisnis kami sebenarnya tetap kuat untuk terus memacu kinerja," kata Andi W. Setianto, Direktur UNSP. 

Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dirilis menunjukkan bahwa emiten perkebunan ini sukses menorehkan kinerja positif di sembilan bulan pertama tahun ini. Selain penjualan yang melonjak hingga 41 persen, laba operasi dan laba kotor UNSP juga naik cukup signifikan. 

Dijelaskan Andi, jajaran manajemen UNSP memantapkan strategi dan kiat jitu untuk terus memacu kinerja. Dan, hasilnya sudah mulai terlihat sejak awal tahun ini. UNSP berhasil melakukan perbaikan dan memulihkan kekuatan fundamental bisnisnya. 

"Hasilnya semakin kelihatan nyata pada kuartal ketiga ini," ujarnya.

Selain itu, laporan keuangan kuartal tiga tahun ini menunjukkan bahwa kinerja perseroan memang membaik dan positif. Laba kotor meningkat 45 persen dari Rp395 miliar di kuartal III-2013, menjadi Rp575 miliar di kuartal yang sama tahun ini.

Perolehan laba operasi juga meningkat hingga 106 persen dari Rp135 miliar menjadi Rp278 miliar. Menurut dia, catatan positif ini antara lain merupakan
hasil dari strategi jitu perseroan meningkatkan produksi sawit dan karet, di tengah kondisi harga pasar komoditas sawit dan karet yang masih berada di level yang rendah.

Pada kuartal III-2014, harga komoditas sawit turun ke level terendah US$670 per ton CIF Rotterdam dibandingkan harga di kuartal tiga tahun sebelumnya yang level terendahnya saat itu tercatat US$810 per ton. Data perseroan menunjukkan, harga CPO pernah mencapai level tertinggi US$1.700 per ton di April 2011.

Kondisi serupa juga terjadi di komoditas karet. Pada kuartal tiga tahun ini harga komoditas karet turun ke level terendah US$1,6 per kilogram dibandingkan harga pada kuartal tiga tahun sebelumnya yang masih bertahan di level terendahnya US$2,6 per kilogram. Data perseroan menunjukkan, harga karet pernah mencapai level tertinggi US$6,2 per kilogram pada Februari 2011.

"Dalam jangka pendek ini, kami berhasil fokus pada optimalisasi produktivitas pabrik melalui peningkatan pembelian sawit dan karet dari petani, yang juga sekaligus membantu peningkatan ekonomi mereka. Kami akan melanjutkan upaya peningkatan produktivitas aset dan sustainability struktur permodalan yang tercermin di rasio utang yang sehat, mengacu kebest practice," kata Andi.

BibituUnggul
Melalui unit usaha kerja sama patungan PT ASD - Bakrie Oil Palm Seed Indonesia, perseroan juga melakukan inovasi melalui pengembangan bibit unggul yang menghasilkan produksi buah sawit lebih banyak dengan luasan lahan kebun yang sama.
Bibit unggul ASD - BSP ini berpotensi menghasilkan hingga 40 ton Tandan Buah Segar (TBS) per hektare dibandingkan dengan umumnya 25 - 30 ton TBS per hektar.

Direktur Utama UNSP, M. Iqbal Zainuddin, menambahkan bahwa strategi fokus ke sustainable productivity akan lebih banyak lagi dirasakan dampak positifnya dalam jangka menengah dan panjang.

"Kami menjadi semakin optimis, dalam jangka menengah dan panjang bahwa perseroan akan kembali bangkit menemukan momentum yang terbaik menjadi salah satu perusahaan perkebunan yang memiliki fundamental bisnis yang kuat," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar